Demonstrasi menentang pemerintah pecah setelah sembahyang Jumat (25/05). |
Para pengamat PBB di Suriah mengunjungi Houla, kota yang menurut para pegiat oposisi menjadi tempat pembantaian sekitar 90 orang oleh pasukan pemerintah.
Para pegiat mengatakan puluhan orang terluka akibat bom dan serangan pasukan pemerintah atas kota di propinsi Homs itu.
Tayangan video menunjukkan mayat anak-anak yang tewas dalam kekerasan yang merupakan bagian dari serangan paling berdarah di satu tempat sejak gencatan senjata dimulai April lalu.
Pertempuran di Suriah berlanjut walaupun PBB mengerahkan sekitar 250 pengawas untuk menerapkan gencatan senjata yang diusulkan utusan PBB Kofi Annan.
PBB mengatakan paling tidak 10.000 orang tewas sejak pemberontakan menentang Presiden Bashar al-Assad pecah bulan Maret 2011.
Hari berkabung
Seorang aktivis di Houla mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa pasukan mulai menyerang Houla setelah demontrasi antipemerintah pecah setelah sembahyang Jumat (25/05).
Serangan dimulai dengan tembakan artileri yang menewaskan 12 orang, katanya. Puluhan lain tewas saat preman propemerintah yang disebut "shabiha" menyerbu kota itu.
Badan hak asasi Suriah yang bermarkas di Inggris mengatakan lebih dari 90 orang meninggal dalam 24 jam sejak Jumat siang.
Kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah (SNC) mengatakan lebih dari 110 orang meninggal. Badan ini mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak, menurut kantor berita AFP.
Para pegiat menyerukan agar hari berkabung ditetapkan.
Tayangan video dari kota itu menunjukkan puluhan anak meninggal, dengan tubuh berlumur darah. Tayangan ini belum dapat dipastikan namun wartawan BBC mengatakan akan sulit untuk mendapatkan gambar palsu.
Dalam satu kasus, enam anggota keluarga tewas setelah rumah mereka dibom, kata badan HAM Suriah.
Paling tidak 20 lainnya tewas dalam kekerasan di tempat lain di Suriah hari Jumat, menurut para aktivis.
Media internasional tidak diizinkan secara bebas di Suriah dan sangat sulit untuk memastikan laporan tentang kekerasan.
Sumber: http://www.bbc.co.uk
Tidak ada komentar: