[Lanjutkan] Studi Banding DPR RI Tak Berhenti Sampai di Cina dan Brasil Saja, Tapi?
Posted by HIMIPOL UNIMAL on Sabtu, 25 Agustus 2012
Studi banding anggota Dewan Perwakilan Rakyat tak berhenti sampai di
Cina dan Brasil. Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Pemerintahan Daerah Khatibul Umam
Wiranu mengatakan para anggota Dewan juga akan mengunjungi Jerman dan
Jepang.
Menurut dia, 16 anggota DPR akan pelesir ke Jerman selama enam hari
mulai 23 September mendatang. Panitia Khusus belum membahas waktu
kunjungan ke Jepang. »Mungkin setelah reses dibahas lagi,” kata
politikus Partai Demokrat ini kepada Tempo, Sabtu 25 Agustus 2012.
Umam mengatakan Jerman menjadi rujukan karena memiliki sistem pemerintahan yang baik. Di sana, para anggota Dewan akan mempelajari sistem pemerintahan daerah, hubungan pemerintah pusat-daerah, serta pengelolaan keuangan di daerah. Mereka juga akan mengunjungi sejumlah daerah percontohan.
Dinihari tadi, 13 anggota Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa direncanakan bertolak ke Brasil selama tujuh hari. Kunjungan ini melanjutkan studi banding ke Cina yang digelar 6-12 Juli lalu. Kunjungan yang dipimpin Wakil Ketua Panitia Khusus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Budiman Sudjatmiko ini diperkirakan memakan biaya Rp 1,629 miliar.
Anggota Panitia Khusus, Abdul Gafar Patappe, termasuk dalam rombongan ke Brasil. Tapi ia juga akan masuk rombongan wakil rakyat yang ke Jerman. "Saya ikut studi banding ke Jerman September nanti," ujarnya. Rancangan Undang-Undang Desa dan revisi Undang-Undang Pemerintahan Daerah dibahas paralel di DPR. Meski ada dua Panitia Khusus, anggotanya sama saja.
Sejumlah pihak mengkritik kunjungan bertubi-tubi ala DPR ini. Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center Arif Nur Alam menilai rencana kunjungan ke Brasil, Jerman, dan Jepang memperburuk citra DPR. Kalaupun membutuhkan informasi, anggota DPR bisa menugaskan staf ahli melakukan riset. "Tak ada urgensinya pergi ke sana. Ini hanya akal-akalan DPR menghabiskan anggaran," kata Arif.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi August Mellaz juga mempertanyakan negara yang dipilih anggota DPR. August menilai Jerman tak cocok dijadikan tempat studi banding soal pemerintahan daerah. "Kita tidak tahu apa pertimbangan mereka. Jerman kan dasarnya menganut federalisme," katanya.
Tapi Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah Totok Daryanto mengklaim kunjungan ini bakal bermanfaat untuk pembahasan undang-undang. Ia membantah studi banding keluar negeri menghamburkan duit negara. Pelesiran ke Jerman, misalnya, tak sepenuhnya dibiayai negara. "Pemerintah Jerman menanggung biaya akomodasi kami di sana," katanya.[yahoo.com]
Umam mengatakan Jerman menjadi rujukan karena memiliki sistem pemerintahan yang baik. Di sana, para anggota Dewan akan mempelajari sistem pemerintahan daerah, hubungan pemerintah pusat-daerah, serta pengelolaan keuangan di daerah. Mereka juga akan mengunjungi sejumlah daerah percontohan.
Dinihari tadi, 13 anggota Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa direncanakan bertolak ke Brasil selama tujuh hari. Kunjungan ini melanjutkan studi banding ke Cina yang digelar 6-12 Juli lalu. Kunjungan yang dipimpin Wakil Ketua Panitia Khusus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Budiman Sudjatmiko ini diperkirakan memakan biaya Rp 1,629 miliar.
Anggota Panitia Khusus, Abdul Gafar Patappe, termasuk dalam rombongan ke Brasil. Tapi ia juga akan masuk rombongan wakil rakyat yang ke Jerman. "Saya ikut studi banding ke Jerman September nanti," ujarnya. Rancangan Undang-Undang Desa dan revisi Undang-Undang Pemerintahan Daerah dibahas paralel di DPR. Meski ada dua Panitia Khusus, anggotanya sama saja.
Sejumlah pihak mengkritik kunjungan bertubi-tubi ala DPR ini. Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center Arif Nur Alam menilai rencana kunjungan ke Brasil, Jerman, dan Jepang memperburuk citra DPR. Kalaupun membutuhkan informasi, anggota DPR bisa menugaskan staf ahli melakukan riset. "Tak ada urgensinya pergi ke sana. Ini hanya akal-akalan DPR menghabiskan anggaran," kata Arif.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi August Mellaz juga mempertanyakan negara yang dipilih anggota DPR. August menilai Jerman tak cocok dijadikan tempat studi banding soal pemerintahan daerah. "Kita tidak tahu apa pertimbangan mereka. Jerman kan dasarnya menganut federalisme," katanya.
Tapi Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah Totok Daryanto mengklaim kunjungan ini bakal bermanfaat untuk pembahasan undang-undang. Ia membantah studi banding keluar negeri menghamburkan duit negara. Pelesiran ke Jerman, misalnya, tak sepenuhnya dibiayai negara. "Pemerintah Jerman menanggung biaya akomodasi kami di sana," katanya.[yahoo.com]
Korban gempa Sigi perlu selimut
Posted by HIMIPOL UNIMAL on
Warga mencari barang yang bisa diselamatkan di sekitar reruntuhan rumah ibadah yang rubuh akibat gempa di desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kab. Sigi, Sulteng, Selasa (21/8). Data yang dikeluarkan BNPBD setempat menyebutkan, gempat yang terjadi Sabtu (18/8) pukul 17.41 Wita tersebut mengakibatkan 5 warga tewas, 48 luka-luka, 479 rumah rusak berat, dan 464 rumah rusak ringan. (ANTARA/Basri Marzuki) |
Korban gempa bumi
di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah,
membutuhkan bantuan
termasuk selimut karena di wilayah itu terus diguyur hujan,sebagaimana di kabarkan antara.com bahwa "Mereka masih butuh bantuan, terutama selimut," kata Camat Lindu
Karno Buamusu di Tomado sekitar 70-an kilometer dari Kota Palu, Minggu.
Ia mengatakan berbagai bantuan dari pemerintah, swasta dan organisasi politik, ormas dan agama terus mengalir.
Menurut dia, kepedulian terhadap korban gempa cukup tinggi.
Itu bisa dilihat langsung dari bantuan yang terus berdatangan untuk memenuhu kebutuhan para korban di wilayahnya.
"Tapi yang paling dibutuhkan saat ini selimut," katanya.
Hujan deras hingga kini mengguyur Kecamatan Lindu menyebabkan warga yang tinggal di posko penampungan pengungsi maupun tenda-tenda di halaman rumah warga tampak kedinginan pada malam hari.
Karena itu, Karno mengimbau para donatur yang akan menyalurkan bantuannya hendaknya juga berupa selimut.
Ia mengatakan berbagai bantuan dari pemerintah, swasta dan organisasi politik, ormas dan agama terus mengalir.
Menurut dia, kepedulian terhadap korban gempa cukup tinggi.
Itu bisa dilihat langsung dari bantuan yang terus berdatangan untuk memenuhu kebutuhan para korban di wilayahnya.
"Tapi yang paling dibutuhkan saat ini selimut," katanya.
Hujan deras hingga kini mengguyur Kecamatan Lindu menyebabkan warga yang tinggal di posko penampungan pengungsi maupun tenda-tenda di halaman rumah warga tampak kedinginan pada malam hari.
Karena itu, Karno mengimbau para donatur yang akan menyalurkan bantuannya hendaknya juga berupa selimut.
Editor: Safrizal
Sumber: antara.com
Aceh: Kapan “Merdeka” dari Teror?
Posted by HIMIPOL UNIMAL on
Oleh Dr. Husaini Alif Hasan Ibn Haytar
Besok, segenap masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke akan merayakan Hari Kemerdekaan RI k-67. Sebuah perjalanan panjang dengan berbagai rasa, mulai dari pahit dan getir hingga suka cita. Perjalanan yang membawa kebangkitan dan prestasi, namun juga menyisakan keterpurukan. Perjalanan yang patut menjadi bahan introspeksi dan evaluasi demi perbaikan bangsa di masa yang akan datang. Senang tidak senang, bangsa ini sangat rentan terhadap berbagai ancaman dan bahaya, mulai dari akselerasi perkembangan global yang semakin mengikis nilai-nilai kultur budaya setempat, bahaya disitegrasi hingga ancaman teror global, maupun lokal. Di Aceh, pasca berakhirnya konflik puluhan tahun, ternyata masyarakat Aceh belum betul-betul merasakan nikmatnya perdamaian dan kemerdekaan sejati selayaknya masyarakat Indonesia di tempat lain, akibat ancaman bahaya teror yang masih terus mengintai.
Besok, segenap masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke akan merayakan Hari Kemerdekaan RI k-67. Sebuah perjalanan panjang dengan berbagai rasa, mulai dari pahit dan getir hingga suka cita. Perjalanan yang membawa kebangkitan dan prestasi, namun juga menyisakan keterpurukan. Perjalanan yang patut menjadi bahan introspeksi dan evaluasi demi perbaikan bangsa di masa yang akan datang. Senang tidak senang, bangsa ini sangat rentan terhadap berbagai ancaman dan bahaya, mulai dari akselerasi perkembangan global yang semakin mengikis nilai-nilai kultur budaya setempat, bahaya disitegrasi hingga ancaman teror global, maupun lokal. Di Aceh, pasca berakhirnya konflik puluhan tahun, ternyata masyarakat Aceh belum betul-betul merasakan nikmatnya perdamaian dan kemerdekaan sejati selayaknya masyarakat Indonesia di tempat lain, akibat ancaman bahaya teror yang masih terus mengintai.
Sementara itu, pemahaman teror bagi aparat penegak hukum dan keamanan pun masih diartikan secara sempit, dimana masih “terbawa” oleh arus trend global yang dipengaruhi oleh hegemoni AS dan sekutunya. War on Terror masih menjadi bagian dari policy
pemerintahan kita dalam melihat berbagai kasus terorisme di negeri ini.
Di lain pihak masyarakat Indonesia yag berdiam di bumi Serambi Mekah
tak henti-hentinya merasakan ketakutan dan kecemasan akibat terror yang
terus mengintai.
Hal
ini dapat dilihat dengan adanya deretan kasus penembakan dan aksi
terorisme di Aceh yang mengorbankan belasan korban jiwa dan puluhan
lainnya luka-luka sepanjang tahun 2011-2012. Kala itu, situasi politik
Aceh tengah memanas dengan adanya perbedaan pendapat antara keputusan MK
dengan Partai Aceh mengenai calon independen yang berakhir pada
penolakan PA untuk mengikuti pilkada. Kebijakan Pemerintah pusat sendiri
cenderung “memaksakan” untuk melakukan pemilukada tanpa keterlibatan
kandidat dari Partai Aceh mulai lembek hingga terbawa arus suasana
hingga menilai keadaan politik Aceh yang inkondusif. Sikap Pemerintah
pusat berubah, setelah menimbang keadaan yang “tercipta” dari proses
aksi-aksi terror tersebut.
Situasi
dan keadaan yang tercipta akibat teror tersebut saja menyandera
kebijakan penyelenggara negara, namun juga telah merebut hak dan
kemerdekaan individu yang paling hakiki yaitu kebebasan. Sebab,
teror yang disebar bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan
pilihan masyarakat yang pada akhirnya terjebak dalam lingkaran setan
yang tidak pernah punya pilihan apapun selain “yang diarahkan”. Polisi
dan aparat keamanan memang telah menangkap sebagian pelaku dan
pelaksana teror di Aceh seperti Dugok dan Vikram alias Ayah Banta, namun
akar persoalannya bukan hanya siapa yang berbuat, tetapi siapa yang
memberi perintah? Sebelum Dugok cs dan Ayah Banta tertangkap, clues
yang diperoleh polisi didapat setelah menggeledah rumah/mess tempat
tinggal Malik Mahmud, Pemangku Wali sehingga mengantar polisi untuk
menangkap para pelaku teror tersebut. Pertanyaan besarnya adalah, mengapa Malik Mahmud “aman-aman” saja?
Kemerdekaan adalah isu terbesar di Aceh sejak lama, bukan karena rakyat
Aceh menginginkan kekuasaan, namun lebih karena keinginan memperoleh
keadilan dan martabat selayaknya orang Aceh sebagai wujud kemerdekaan yang hakiki.
Namun semuanya akan sangat mustahil ketika kemerdekaan itu dirampas
oleh pemimpin orang Aceh sendiri yang lebih mencintai kekuasaan daripada
rakyatnya sendiri.
*Dr. Husaini Alif Hasan Ibn Haytar adalah Masyarakat biasa yang senang menulis dan tertarik akan sejarah dan perkembangan sosial politik.
*Dr. Husaini Alif Hasan Ibn Haytar adalah Masyarakat biasa yang senang menulis dan tertarik akan sejarah dan perkembangan sosial politik.
Sumber: http://hankam.kompasiana.com
Wisatawan Membludak ke Sabang
Posted by HIMIPOL UNIMAL on
Libur panjang Hari Raya Idul Fitri menyebabkan membludaknya wisatawan
menuju ke Pulau Sabang. Sebagaimana dikabarkan media online acehkita.com bahwa Kemarin, pihak Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh
menambah jadwal kapal yang menuju ke Sabang akibat banyaknya penumpang.
Pantauan acehkita.com, kepadatan terlihat di Pelabuhan Ulee Lheue.
Ratusan orang memadati ruang tunggu pelabuhan. Sementara kendaraan roda
dua, roda empat, truk, dan pick-up mengantre di pintu masuk kapal lambat
KMP BRR.
Kepala UPTD Pelabuhan Ulee Lheue Teuku Naziruddin menyebutkan, akibat
membludaknya penumpang, trip KMP BRR ditambah menjadi dua kali. “Hari
ini dua trip. Trip kedua pada malam hari,” kata Naziruddin kepada
wartawan, Jumat (24/8) malam.
Menurutnya, KMP BRR sekali jalan mengangkut 440 penumpang. Sementara
kapal cepat Pulo Rondo mengangkut 230 penumpang. Untuk kapal cepat,
pihak UPTD Pelabuhan Ulee Lheue juga menambah armada, yaitu Express
Bahari.
Membludaknya penumpang menuju ke Sabang, selain karena arus balik,
juga disebabkan oleh arus wisatawan yang hendak berlibur akhir pekan di
Sabang. Mereka berasal dari Sumatera Utara.
“Penumpang rata-rata banyak dari luar Aceh dan juga warga Aceh,” ujar
Nizaruddin. “Kunjungan seperti ini sudah sejak hari raya pertama.”
Nizar memprediksi lonjakan penumpang masih akan terjadi hingga
sepekan ke depan. “Terutama arus balik dari Balohan Sabang menuju ke
Banda Aceh, itu akan sangat tinggi. Bahkan mulai kemarin jumlah arus
balik sudah sangat tinggi,” ujarnya.
Pada hari biasanya, KMP BRR hanya mempunyai satu kali pulang-pergi
melayani pelayaran Ulee Lheue-Balohan. Begitu juga dengan jadwal kapal
cepat Pulo Rondo. “Kalau meningkat begini, kita hanya tambah jadwal,
tidak menambah armada kapal,” sebut Nizar.
Editor: Safrizal
Sumber: acehkita.com