Menjadi seorang menteri luar negeri, tentunya mengharuskan seseorang untuk melakukan lawatan ke luar negaranya. Hal ini juga tidak bisa dihindari oleh Hillary Clinton yang menjabat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS).
Sejak ditunjuk menjadi Menlu AS oleh Presiden Barack Obama pada tahun 2008, mantan Ibu Negara AS ini telah menoreh sejarah dengan mengunjungi 100 negara saat dia mendarat di ibu kota Latvia, Riga, Kamis (28/6).
Mengunjungi 100 negara selagi masih menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, ternyata belum pernah dilakukan oleh Menlu-Menlu AS sebelumnya. Karena itu, ia pun pernah dijuluki wanita berpengaruh di dunia.
Dalam tiga setengah tahun terakhir jabatannya, wanita kelahiran Chicago, Illinois, 26 Oktober 1947, ini sudah melakukan 70 perjalanan luar negeri, mulai dari Afganistan hingga Zambia. Selama 337 hari, Hillary berada di dalam perjalanan untuk melakukan tugasnya, termasuk lebih dari 1.750 jam di udara atau setara dengan 75 hari di udara dengan pesawat kepresidenan Air Force 757. Bagi Kementerian Luar Negeri AS, apa yang dilakukan mantan pengacara itu bukan sekadar pencapaian besar, namun juga rekor bagi seorang Menlu AS.
Dua kali tercatat sebagai salah seorang dari 100 pengacara paling berpengaruh di Amerika, Hillary Clinton mengambil langkah berani untuk kebijakan luar negeri AS (dan kesopanan umum) dengan menyatakan di depan PBB bahwa melakukan kekerasan atau diskriminasi terhadap orang karena orientasi seksual mereka adalah pelanggaran hak asasi manusia.
Mantan aktivis sejumlah organisasi yang terkait dengan kesejahteraan anak-anak serta menjadi anggota direksi Wal-Mart dan beberapa perusahaan lainnya ini juga mendesak negara lain menghilangkan hukum yang mengkriminalisasi atau meminggirkan kaum homoseksual, lesbian, biseksual, dan transgender. (berbagai sumber/Adi/Suara Karya)
Tidak ada komentar: