F-15, pesawat tempur Israel |
Kesepakatan politik yang terjadi di parlemen Israel, awal pekan ini, menimbulkan keprihatinan baru bagi AS. Koalisi pemerintahan baru diramalkan kian membuka serangan terhadap Iran.
The Times Of Israel melaporkan bahwa stasiun berita TV lokal menyiarkan berita bahwa pejabat Washington tengah melakukan pembahasan maraton seputar keprihatinan bahwa Israel akan menyerang Iran sebelum pemilu AS pada November.
Sumber Washington yang tak ingin diungkap namanya, mengatakan kepada Channel 10 bahwa kecemasan atas bergabungnya Kadima dalam Koalisi kian memperkuat dukungan melakukan serangan pencegahan dengan tujuan menghentikan kegiatan nuklir Iran. Kecemasan itu terkait kemungkinan besar pimpinan Kadima, Shaul Mofaz menyetujui serangan semacam itu.
Laporan juga menambahkan bahwa pejabat AS meyakini pemilu Israel yang digelar lebih awal bisa menahan F-15 untuk tetap diparkir di hanggar pesawat pinggir pantai. Namun kecemasan murni didorong situasi dukungan politik di Israel, hanya sedikit kemungkinan untuk menghentikan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu memerintahkan gempuran.
Pada dasarnya AS berpikir pemilu Israel yang digelar September akan menghambat kemungkinan serangan. Tapi kini spekulasi itu mulai surut. Media Israel, Arut Sheva juga menguatkan indikasi lewat kutipan Menteri Pertahanan Israel yang mengingatkan, "Sepanjang Iran masih memiliki ancaman terhadap Israel dengan program nuklirnya, semua opsi bisa dipilih."
Menanggapi situasi itu, Presiden AS, Barack Obama, berkomentar, "Saya meyakini situasi ini dipahami dengan baik oleh Washington DC, begitu juga di Yerusalem selama keberadaan ancaman terhadap rakyat kita ada, maka semua pilihan untuk mencegah Iran untuk mencapai tingkat senjata nuklir tetap terbuka,"
"(Namun) saya juga memiliki cukup pengalaman bahwa tujuan nuklir untuk militer tidaklah mudah," imbuh Barak. "Prosesnya sangat rumit dan memiliki risiko tertentu. Namun Republik Islam radikal, Iran, dengan senjata nuklir, jauh lebih berbahaya bagi kawasan dan juga dunia.:
Arut Sheva dalam laporannya menyebut ucapan Presiden Obama menunjukkan posisinya kian melunak terhadap kegiatan pengayaan uranium Iran
Keterbukaan Obama untuk membolehkan Iran mengayakan uranium hingga lima presen, mendapat penentangan keras dari Netanyahu. Pada April lalu pemimpin Israel itu menyatakan. "Mereka harus menghentikan total semua pengayaan, meski hanya tiga persen uranium."
Sumber: www.republika.co.id
Tidak ada komentar: