Lokasi fasilitas pengayaan nuklir Iran yang dimasalahkan negara-negara Barat. |
Amerika Serikat telah "siap" dengan opsi militer jika upaya diplomatik gagal untuk menghentikan program nuklir Iran, utusan AS untuk Israel mengatakan, sebuah surat kabar Israel melaporkan, Kamis (17/5/2012).
"Akan lebih baik untuk menyelesaikan ini secara diplomatik melalui penggunaan tekanan daripada dengan kekuatan militer," kata utusan AS, Daniel Saphiro, dalam pertemuan dengan asosiasi pengacara Israel, seperti dikutip surat kabar nasionalis Makor Rishon.
"Tapi bukan berarti pilihan (aksi militer) tidak ada. Bukan hanya tersedia, tapi juga siap. Perencanaan yang diperlukan sudah dilakukan untuk memastikan (rencana) itu siap," Makor Rishon mengutip Saphiro.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS di Washington, Victoria Nuland, mengatakan, ucapan Saphiro senada dengan kebijakan Gedung Putih.
"Yang dikatakan Duta Besar Saphiro mencerminkan sepenuhnya yang selama ini dikatakan Presiden (Barack Obama), bahwa meskipun kami melanjutkan perundingan P5 +1 dengan Iran dan berharap dapat menyelesaikan masalah ini melalui diplomasi, opsi pilihan tetap terbuka," katanya.
Amerika Serikat, Israel, dan banyak masyarakat internasional percaya progam nuklir Iran hanya untuk menutupi pembuatan senjata nuklir. Tuduhan itu dibantah keras oleh Iran.
Washington telah menerapkan kebijakan mendorong sanksi keras terhadap Iran, namun tetap membuka pintu untuk penyelesaian diplomatik.
Setelah berhenti selama 15 bulan, Iran dan negara-negara P5 +1 kekuatan, yakni lima negara anggota tetap Dewan Keamanan (Inggris, China, Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat) ditambah Jerman, akan bertemu di Istanbul pada pertengahan bulan April lalu. Perundingan itu digambarkan "positif" dan negara-negara itu akan bertemu lagi di Baghdad, Irak, pada Rabu depan.
Israel menunjukkan sikap skeptis tentang perundingan itu. Menurut mereka, pembicaraan-pembicaraan itu hanya memberi waktu pada Teheran untuk membuat senjata nuklirnya.
Pada Senin (14/5/2012), Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan bahwa tuntutan terhadap Teheran "begitu minimalis sehingga bahkan jika Iran menerima semua tuntutan itu, Iran masih bisa melanjutkan dan memajukan program nuklirnya."
Barak bertemu Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta di Pentagon untuk kali ketiga, Kamis (17/5/2012), dalam beberapa bulan terakhir. Dia berterima kasih karena Washington menjanjikan 70 juta dollar AS untuk pendanaan lebih banyak sistem persenjataan antirudal Iron Dome Israel.
Sebelumnya, sejumlah laporan mengatakan, Iran kemungkinan menghadapi serangan awal oleh Israel atau Israel dengan sekutu NATO-nya, jika menurut mereka tidak ada cara lain untuk menghentikan Iran meningkatkan kemampuan nuklirnya. Namun masyarakat intelijen bagi Israel maupun AS meyakini Iran belum mengambil keputusan politis untuk membuat bom.
Sementara itu, AS kemungkinan akan menerapkan lebih banyak sanksi terhadap Iran, sebab Senat tengah mendiskusikan sebuah paket (sanksi) baru pada Kamis. Sanksi-sanksi itu akan berfokus pada bank-bank asing yang menangani transaksi perusahaan minyak dan tanker nasional Iran.
"Akan lebih baik untuk menyelesaikan ini secara diplomatik melalui penggunaan tekanan daripada dengan kekuatan militer," kata utusan AS, Daniel Saphiro, dalam pertemuan dengan asosiasi pengacara Israel, seperti dikutip surat kabar nasionalis Makor Rishon.
"Tapi bukan berarti pilihan (aksi militer) tidak ada. Bukan hanya tersedia, tapi juga siap. Perencanaan yang diperlukan sudah dilakukan untuk memastikan (rencana) itu siap," Makor Rishon mengutip Saphiro.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS di Washington, Victoria Nuland, mengatakan, ucapan Saphiro senada dengan kebijakan Gedung Putih.
"Yang dikatakan Duta Besar Saphiro mencerminkan sepenuhnya yang selama ini dikatakan Presiden (Barack Obama), bahwa meskipun kami melanjutkan perundingan P5 +1 dengan Iran dan berharap dapat menyelesaikan masalah ini melalui diplomasi, opsi pilihan tetap terbuka," katanya.
Amerika Serikat, Israel, dan banyak masyarakat internasional percaya progam nuklir Iran hanya untuk menutupi pembuatan senjata nuklir. Tuduhan itu dibantah keras oleh Iran.
Washington telah menerapkan kebijakan mendorong sanksi keras terhadap Iran, namun tetap membuka pintu untuk penyelesaian diplomatik.
Setelah berhenti selama 15 bulan, Iran dan negara-negara P5 +1 kekuatan, yakni lima negara anggota tetap Dewan Keamanan (Inggris, China, Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat) ditambah Jerman, akan bertemu di Istanbul pada pertengahan bulan April lalu. Perundingan itu digambarkan "positif" dan negara-negara itu akan bertemu lagi di Baghdad, Irak, pada Rabu depan.
Israel menunjukkan sikap skeptis tentang perundingan itu. Menurut mereka, pembicaraan-pembicaraan itu hanya memberi waktu pada Teheran untuk membuat senjata nuklirnya.
Pada Senin (14/5/2012), Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan bahwa tuntutan terhadap Teheran "begitu minimalis sehingga bahkan jika Iran menerima semua tuntutan itu, Iran masih bisa melanjutkan dan memajukan program nuklirnya."
Barak bertemu Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta di Pentagon untuk kali ketiga, Kamis (17/5/2012), dalam beberapa bulan terakhir. Dia berterima kasih karena Washington menjanjikan 70 juta dollar AS untuk pendanaan lebih banyak sistem persenjataan antirudal Iron Dome Israel.
Sebelumnya, sejumlah laporan mengatakan, Iran kemungkinan menghadapi serangan awal oleh Israel atau Israel dengan sekutu NATO-nya, jika menurut mereka tidak ada cara lain untuk menghentikan Iran meningkatkan kemampuan nuklirnya. Namun masyarakat intelijen bagi Israel maupun AS meyakini Iran belum mengambil keputusan politis untuk membuat bom.
Sementara itu, AS kemungkinan akan menerapkan lebih banyak sanksi terhadap Iran, sebab Senat tengah mendiskusikan sebuah paket (sanksi) baru pada Kamis. Sanksi-sanksi itu akan berfokus pada bank-bank asing yang menangani transaksi perusahaan minyak dan tanker nasional Iran.
Sumber: http://internasional.kompas.com
Tidak ada komentar: