Komplek makam Malikussaleh |
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu dari 23 Kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Aceh yang terletak di bagian pantai pesisir utara dengan luas wilayah 3.296,86 Km2 yang terdiri dari 27 kecamatan dan 852 Gampong (desa) dengan perbatasan sebelah utara dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kabupaten Bener Meriah, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat dengan Kabupaten Bireuen.
Kabupaten Aceh Utara dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda empat dan bus umum, baik dari arah Medan (Terminal Pinang Baris) ataupun dari kota Banda Aceh (Terminal batoh). Perjalanan melalui Bus baik dari Kota Medan (Sumatra Utara) maupu dari Kota Banda Aceh akan menempuh waktu sekitar 6 - 7 jam. Ongkos bus dari dua daerah tersebut untuk menuju Aceh Utara sebesar Rp. 60,000 – Rp. 75,000.
Kabupaten Aceh utara di kenal dengan nama pase (pasai-kerajaan), kerna terdapat sebuah kerajaan Samudera Pasai yang bertempat di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra, sekitar ±17 Km dari Kota Lhokseumawe. Dimana dalam perkembangannya tercatat bahwa pase sebagai pusat pengembangan islam di Nusantara dan pengaruhnya yang begitu luas sampai ke Asia Tenggara yang ditandai dengan bukti-bukti peninggalan kerajaan samudra pasai yang sampai saat ini masih terawat dengan baik seperti makam raja pertama yang mendirikan kerajaan samudra pasai pada abad ke 13 Masehi yaitu Meurah Silu yang bergelar Malikul-Saleh atau yang lebih dikenal dengan Malikussaleh.
Kerajaan samudra pasai ini muncul ketika kerajaan Sriwijaya hancur, wilayah kekuasaan kesultanan pase (pasai) pada masa kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah sungai Peusangan dan sungai Pasai (kreung pase), adapula beberapa pendapat menyebutkan wilayah kerajaan pase itu lebih luas lagi ke selatan sampai ke muara sungai Jambo Aye (Panton Labu).
Batu nisan Malikussaleh [foto by melayuonline] |
Kemunduran kerajaan pasai disebabkan dengan munculnya pusat politik dan perdangan baru di Malaka pada abad ke 15. Sementara kehancuran dan hilangnya peranan pasai dalam jaringan antar bangsa yaitu ketika suatu pusat kekuasaan baru muncul di ujung barat pulau Sumatera yakni Kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke 16. Pasai di taklukan dan dimasukan kedalam wilayah Kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam oleh Sultan Ali Mughayat Syah dan Lonceng Cakra Donya hadiah dari Raja Cina untuk Kerajaan Islam Samudra Pasai dipindahkan ke Aceh Darussalam (sekarang Banda Aceh).
Dimana runtuhnya kerajan pasai sangat berkaitan dengan perkembangan yang terjadi diluar pasai itu sendiri, namun peningalan-peningalan dari kerajaan pasai ini masih banyak dijumpai sampai saat ini di abad ke 21. Bahkan penduduk sekitar makam Malikussaleh sering mendapatkan mata uang emas (dirham) keramik serta gelang mata delima.
Keberdaaan Samudra Pasai di Aceh Utara menjadi salah satu bukti sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Aceh terutama dalam peradaban islam, dan makam Malikussaleh ini juga menjadi salah satu tempat wisata bagi masyarakat terutama pada hari-hari libur, tak terkecuali orang-orang luar Aceh baik domestik maupu mancanegara juga menjadikan sebagai salah satu tujuan objek wisata.
Keberdaaan Samudra Pasai di Aceh Utara menjadi salah satu bukti sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Aceh terutama dalam peradaban islam, dan makam Malikussaleh ini juga menjadi salah satu tempat wisata bagi masyarakat terutama pada hari-hari libur, tak terkecuali orang-orang luar Aceh baik domestik maupu mancanegara juga menjadikan sebagai salah satu tujuan objek wisata.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang keberadaan kerajaan pasai di Aceh Utara, kini ada beberapa lembaga yang sedang melakukan penelitian terhadap kerajaan pasai tersebut, kita harapkan mudah-mudahan dapat menjelaskan perjalan panjang Kerajaan Pasai itu sendiri.
Editor: Safrizal
Sumber: Analisis dari berbagai sumber
Tidak ada komentar: