Tampilnya Partai Gerindra dan Partai Nasdem sebagai pemain baru partai
papan tengah tidak lepas dari faktor basis massa partai. Gerindra dan
Nasdem diprediksi akan menggerogoti lumbung suara Partai Demokrat dan
Golkar.
"Nasdem misalnya bisa menggerogoti suara Demokrat di pulau Sumatera, sementara Gerindra berpotensi mencuri suara Golkar di Jawa, Sulawesi, Papua, dan Maluku," ujar Kepala Divisi Survei Charta Politika Arya Fernandes saat berbincang dengan detikcom, Jumat (31/8/2012).
Selain itu, lanjut Arya, Gerindra dan Nasdem juga bisa mencuri basis pemilih Golkar dari latar belakang pekerjaan. Nasdem berpotensi mencuri suara pemilih Golkar yang berasal dari kelompok petani atau nelayan. Sementara, Gerindra mampu mencuri suara pemilih Golkar yang berasal dari kelompok pengusaha dan pegawai swasta.
"Saya melihat ada kemiripan antara karakter pemilih Golkar-Demokrat dengan Gerindra-Nasdem. Bila performa Gerindra dan Nasdem bisa terus dipertahankan, kedua partai ini dapat menjadi kekuatan baru pada 2014 mendatang," ungkapnya.
Kenaikan suara Gerindra dan Nasdem juga dapat dijelaskan melalui platform dan isu-isu utama kedua partai. Survei Charta Politika menunjukkan isu ekonomi menjadi persoalan utama yang menjadi konsen dan perhatian masyarakat.
Sekitar 49,4 persen masyarakat menilai harga-harga kebutuhan pokok mahal. Selain itu evaluasi masyarakat terhadap kinerja pemerintah juga tidak mengembirakan, 50,6 persen tidak puas dengan kinerja pemerintah. Hanya 39,5 persen yang mengaku puas, sisanya 9,8 persen tidak tahu dan tidak jawab.
"Saya kira Gerindra dan Nasdem sadar isu ekonomi dan kinerja pemerintah menjadi isu bersama di masyarakat. Kalau kita lihat, Gerindra misalnya konsisten menyuarakan isu-isu ekonomi dalam iklan dan kebijakan partai, sementara Nasdem pada isu-isu perubahan dan restorasi. Dan saya melihat masyarakat mulai melirik kedua isu partai tersebut," paparnya.
Menurut Arya fenomena Gerindra dan Nasdem juga dapat dijelaskan melalui kekuatan figur dan manajemen kampanye. Survei Charta menunjukkan, faktor figur dan kualitas personal calon anggota legislatif masih mempengaruhi pilihan publik. Sekitar 59,6% responden memilih calon legislatif karena figur dibandingkan partai penggusung.
"Gerindra saya kira cukup diuntungkan secara elektoral dengan kuatnya figur Prabowo Subianto. Sementara, Nasdem berhasil mencuri perhatian publik ide restorasi dan kekuatan iklan politik," tutupnya.
Survei Charta Politika cukup mengejutkan untul level partai kelas menengah. Bila 3 besar didominasi Golkar, Partai Demokrat (PD), dan PDIP, maka level menengah terjadi persaingan ketat. Bila pemilu digelar saat ini, untuk Gerindra dan NasDem unggul mengalahkan PKS dan PAN.
Dalam survei ini masih terdapat swing voter di mana ada 34,4% responden yang belum menentukan pilihan. Berikut hasil lengkap survei Charta Politika:
Golkar: 18 persen
PD: 12,5 persen
PDIP: 10,8 persen
Gerindra: 4,7 persen
NasDem: 4,3 persen
PKS: 3,9 persen
PPP: 2,7 persen
PKB: 2,6 persen
PAN: 1,9 persen
Hanura: 1,6 persen
lainnya 2,7 persen
Tidak tahu dan tidak jawab: 34,4 persen
"Nasdem misalnya bisa menggerogoti suara Demokrat di pulau Sumatera, sementara Gerindra berpotensi mencuri suara Golkar di Jawa, Sulawesi, Papua, dan Maluku," ujar Kepala Divisi Survei Charta Politika Arya Fernandes saat berbincang dengan detikcom, Jumat (31/8/2012).
Selain itu, lanjut Arya, Gerindra dan Nasdem juga bisa mencuri basis pemilih Golkar dari latar belakang pekerjaan. Nasdem berpotensi mencuri suara pemilih Golkar yang berasal dari kelompok petani atau nelayan. Sementara, Gerindra mampu mencuri suara pemilih Golkar yang berasal dari kelompok pengusaha dan pegawai swasta.
"Saya melihat ada kemiripan antara karakter pemilih Golkar-Demokrat dengan Gerindra-Nasdem. Bila performa Gerindra dan Nasdem bisa terus dipertahankan, kedua partai ini dapat menjadi kekuatan baru pada 2014 mendatang," ungkapnya.
Kenaikan suara Gerindra dan Nasdem juga dapat dijelaskan melalui platform dan isu-isu utama kedua partai. Survei Charta Politika menunjukkan isu ekonomi menjadi persoalan utama yang menjadi konsen dan perhatian masyarakat.
Sekitar 49,4 persen masyarakat menilai harga-harga kebutuhan pokok mahal. Selain itu evaluasi masyarakat terhadap kinerja pemerintah juga tidak mengembirakan, 50,6 persen tidak puas dengan kinerja pemerintah. Hanya 39,5 persen yang mengaku puas, sisanya 9,8 persen tidak tahu dan tidak jawab.
"Saya kira Gerindra dan Nasdem sadar isu ekonomi dan kinerja pemerintah menjadi isu bersama di masyarakat. Kalau kita lihat, Gerindra misalnya konsisten menyuarakan isu-isu ekonomi dalam iklan dan kebijakan partai, sementara Nasdem pada isu-isu perubahan dan restorasi. Dan saya melihat masyarakat mulai melirik kedua isu partai tersebut," paparnya.
Menurut Arya fenomena Gerindra dan Nasdem juga dapat dijelaskan melalui kekuatan figur dan manajemen kampanye. Survei Charta menunjukkan, faktor figur dan kualitas personal calon anggota legislatif masih mempengaruhi pilihan publik. Sekitar 59,6% responden memilih calon legislatif karena figur dibandingkan partai penggusung.
"Gerindra saya kira cukup diuntungkan secara elektoral dengan kuatnya figur Prabowo Subianto. Sementara, Nasdem berhasil mencuri perhatian publik ide restorasi dan kekuatan iklan politik," tutupnya.
Survei Charta Politika cukup mengejutkan untul level partai kelas menengah. Bila 3 besar didominasi Golkar, Partai Demokrat (PD), dan PDIP, maka level menengah terjadi persaingan ketat. Bila pemilu digelar saat ini, untuk Gerindra dan NasDem unggul mengalahkan PKS dan PAN.
Dalam survei ini masih terdapat swing voter di mana ada 34,4% responden yang belum menentukan pilihan. Berikut hasil lengkap survei Charta Politika:
Golkar: 18 persen
PD: 12,5 persen
PDIP: 10,8 persen
Gerindra: 4,7 persen
NasDem: 4,3 persen
PKS: 3,9 persen
PPP: 2,7 persen
PKB: 2,6 persen
PAN: 1,9 persen
Hanura: 1,6 persen
lainnya 2,7 persen
Tidak tahu dan tidak jawab: 34,4 persen
Editor: Safrizal
Sumber: detik.com
Tidak ada komentar: