India telah menekan media-media digital, termasuk jejaring sosial Facebook dan Twitter untuk menghapus konten yang dianggap "menghasut" karena menyebarkan rumor yang memicu eksodus para migran dari beberapa kota di India pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (21/8/2012), pemerintah India mengatakan bahwa pihaknya telah memblokir akses ke 245 halaman situs yang berisi video dan gambar-gambar terkait kerusuhan etnis Hindu Bodo dan Muslim di Assam, yang menurut India semua itu dipalsukan.
"Banyak konten 'hasutan dan berbahaya' atau informasi yang telah ditemukan muncul di situs-situs jejaring sosial yang hostnya ada di luar negeri," kutipan pernyataan pemerintah India, dilansir Aljazeera.
"Pemerintah membebaskan informasi. Tidak ada persoalan apapun yang disensor di sini. Tetapi, itu bukan berarti tidak ada pembatasan," kata seorang pejabat senior urusan dalam negeri.
Pejabat itu mengatakan bahwa otoritas India sedang berusaha untuk menemukan orang yang bertanggungjawab memposting informasi tentang kerusuhan etnis tersebut yang dianggap sebagai 'hasutan'.
R Chandrashekhar, sekretaris telekomunikasi, mengancam tindakan hukum terhadap situs-situs jika mereka tidak sepenuhnya memenui persyaratan, dengan mematikan halaman-halaman situs yang 'menyerang'.
Chandrashekhar mengatakan kepada TV CNN-IBN bahwa pihak Google dan Facebook telah memenuhi sebagian besar permintaan India sementara respon dari Twitter sangat lemah.
"Kami memahami kegentingan situasi ini, sangat mengecam tindakan kekerasan dan terus bekerjasama erat dengan otoritas yang relevan," kata Paroma Roy Chowdhury, juru bicara Google, dalam sebuah pernyataan.
"Kami telah menerima permintaan dari otoritas India dan lembaga-lembaga serta bekerja sesuai dengan permintaan tersebut dan menanggapi lembabga-lembaga," kata Facebook dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh wakilnya di India.
India telah memperingatkan Twitter bahwa Twitter bisa menghadapi tindakan hukum jika gagal untuk mengidentifikasi sumber-sumber mereka terkait pesan 'hasutan'. Namun Twitter belum bersedia berkomentar.
Ribuan para pelajar dan pekerja dari utara melarikan diri dari Mumbai, Bangalore dan kota-kota lainnya pada pekan lalu karena takut akan serangan balasan atas kekerasan yang dilakukan orang-orang Hindu Bodo terhadap kaum Muslimin di Assam setelah pesan singkat disebar dan gambar-gambar yang beredar di situs menaburkan kepanikan.
Bentrokan antara orang-orang Hindu Bodo di Assam dengan kaum Muslimin, yang dianggap ilegal, dari lingkungan Bangladesh telah meninggal hampir 80 orang, kebanyakan korban adalah kaum Muslimin, dan sekitar 300.000 lainnya terpaksa mengungsi sejak Juli 2012. (siraaj/arrahmah.com)
Tidak ada komentar: